Ads Top

Ingin Sukses Harus Di Bully!

Korban bully biasanya menghilang sementara, atau bahkan menjauhi pelaku bully. Tidak semua orang bisa menerima keadaan mereka yang tersudut ketika orang lain sibuk menjelekkan dirinya, banyak diantara mereka mengalami kejatuhan mental.

Disamping trend bully, saya rasa pandangan-pandangan seperti ini hanya salah satu masalah kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam lingkungan. Kenapa saya menganggap cyberbullying suatu hal yang penting? Padahal dulu saya sering menjadi korban bully dan itu tidak membuat saya jatuh mental, bahkan membentuk kepribadian lebih baik menurut saya.

Bully Bentuk Kepribadian Lebih Baik


Sekilas kita melihat sejarah panjang tokoh pembesar, tak ada yang luput dari bully dan pengasingan. Tapi justru membuat mereka semakin membesar.
Ketika saya di bully, hal itu beban tersendiri bahkan membuat saya semakin bertekad bahwa 'suatu hari mereka akan menyanjung', bukan sebaliknya yang sering saya lihat 'kapan waktu yang tepat membalasnya'.
Pada kenyataannya, bully di zaman saya tidak seramai saat ini yang bisa saja seluruh dunia menertawakan Anda, tapi sebenarnya sama saja. Ada salah satu teman saya yang mungkin mempunyai pendirian sama, dulu dia juga dikenal sebagai korban bully. Di lingkungan manapun nasibnya tetap sama, tapi jangan berfikir hal yang sama ketika dia semakin 'matang' dan menduduki posisi penting.

cermin, bayangan, ketakutan

Bully sudah membentuk karakter dan jiwa pemimpin, mendorong mereka terus berkembang. Secara psikologi ucapan yang menjatuhkan selalu akan menjadi dorongan 'Bagaimana mereka akan menyanjung diriku'. Dan masih banyak orang-orang seperti itu, Anda bisa temukan di lingkungan sekitar, sebagian besar mereka 'lebih dihormati' dari sebelumnya.

Membangun Pagar Anti Bully


Ada tetangga saya dahulu paling tidak bisa di bully, alhasil dia lebih sering berada dirumah. Kalau saya mengajaknya bermain, sang ibu keluar seraya membukakan pintu pagar yang terkunci. Saya sendiri tak suka dengan keadaan ini, tak ada bedanya dengan mengunjungi tahanan. Dia berani mengambil langkah demikian demi menghindari bully berlebihan, memilih siapa saja teman yang bisa bertemu dengannya, dari pagar yang terkunci rapat.

Beberapa tahun kemudian, yah... sebut saja saat ini. Saya dengar dia menjabat salah satu posisi penting di perusahaan besar, sayangnya dijatuhkan bawahannya. Saya tak heran, sikap dan kebiasaanya 'membatasi' masih terbawa, padahal sebagai pemimpin sifat membatasi tak pernah ada. Yang wajib dimilikinya 'dengarkan suara bawahan'.

Oke,... itu masalah kepemimpinan, bagaimana dengan mental? Sejak kecil saya tahu bahwa dia sudah membatasi diri, tak pernah belajar bagaimana mempertahankan mental ketika di bully. Ini masalah psikologis, bagaimana mental seorang pemimpin terbentuk jika mereka sendiri menjauhi kenyataan hidup?

Jangan 'Lock' Akun Sosial Media!!!


Kenapa saya menentang adanya akun-akun sosial media yang jelas menutup diri, seperti logo gembok twitter itu... Si mbok saya pernah mengatakan "Tak ingin di-gosip, jangan jadi artis". Nasehatnya sama dengan "Tak ingin di bully, tak usah punya akun sosial media".
Hampir semua pengguna sosial media pernah mengalami cyberbullying, typo, itu fakta dan natural yang tak bisa dihindarkan. Dan jangan berharap 'bully' dimusnahkan, tak akan pernah karena hal ini bagian dari alam.
Jadi, kenapa harus meng-gembok akun Anda? Kenapa tidak sekalian saja pakai email yang lebih private? Jikalau takut tweet Anda disalah gunakan, time line Anda tentunya tak pernah berkata bohong, kenapa harus takut?

Mereka yang 'meg-gembok' akunnya jelas ingin dikenal tapi tak ingin dikritik, apalagi mempertanggung jawabkan ucapannya didepan umum. Kira-kira, kita pernah memasuki era ini, tentu orang-orang yang lebih tua dari saya sangat familiar dengan orde baru. Nah,... yang menjadi pertanyaan saya, pada siapa dan kapan waktunya mem-bully orang lain? Hati-hati mem-bully, ingat UU jangan lupa daratan!
Bully terkadang diperlukan untuk mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan hingga harus menerima 'saran menyakitkan', yang nantinya menggerakkan mereka menjadi lebih baik.
Saya juga pilah pilih, jadi bersyukurlah kalian yang pernah saya bully, kalian punya jiwa kepemimpinan ;)

13 komentar:

  1. kalau bully diasosiasikan sebagai sebuah kritik yg membangun karena kekurangan atau kegagalan, maka jika sukses melewatinya bisa berbuah manis...

    BalasHapus
  2. saya kadang membully orang sih tapi kalo saya rasa orang itu udah kelewatan. gak boleh sembarangan emosi lalu membully ya :)

    BalasHapus
  3. Bersosial media atau berselancar di dunia maya sebenarnya tetap sama seperti di dunia nyata. Tetap harus menghargai satu sama lain. Bullying di dunia maya malah bisa lebih kejam karena kata-kata bisa lebih tajam dibanding ucapan langsung.

    BalasHapus
  4. Dan kebanyakan malah ngga, semua berawal dari yang pahit #halah

    BalasHapus
  5. Ngga juga, beri semangat via bully kadang2 manjur ko' :D

    BalasHapus
  6. Kadang2 orang bullying ngga kira2, seenak perutnya sendiri.

    BalasHapus
  7. di bully emang kagak enak, bikin sakit hati cuma di jelek-jelek kan saja... u,u
    tapi bener juga tuh, aku pernah di bully dan punya pemikiran "suatu hari mereka akan menyanjungku", namun kapan saatnya itulah kita harus bersabar, dan bersabar itu hal yang sangat sulit... :-/

    BalasHapus
  8. tergantung orangnya juga sob. ga semua orang bisa sukses karena dibuli. banyak faktor lain yang menyebabkan orang sukses.

    oh ya, tombol media sosialnya cukup ganggu sob. baca artikelnya jadi ketutupan. hehe :)

    BalasHapus
  9. Ya, memang selain faktor nasib, banyak juga yang mentalnya remuk.
    Btw, thanks masukannya, tombol share itu belakangan ko' aneh ya... :(

    BalasHapus
  10. Tapi menurut aku.. tanpa dibully pun org bs sukses kok.. klo mendapat dukungan dr keluarga dan sahabat..

    BalasHapus
  11. Tapi rata-rata suksesnya Nie,... kalau pemimpin besar 100% pernah mengalami :)

    BalasHapus
  12. bisa trauma dan phobia donk hehehe *kalau kelewatan*

    BalasHapus
  13. Wah iya,.... malah sampe ada yang dendam lho :D

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.