Ads Top

Pengemis Jalanan Bertambah, Apa Solusi Pemerintah?

Mereka, pengemis jalanan yang jumlahnya kian hari semakin bertambah, ada yang mengatakan bahwa kebanyakan mereka hanya sebuah alih profesi yang menjanjikan. Dan dunia pun semakin terpuruk, negeri kita diramaikan para pengemis kumal dan berdasi hingga tak tahu membedakan mana yang pantas dikasihani.

Tidak ada bedanya antara pengemis jalanan dan pengemis berdasi, keduanya sama-sama meminta belas kasih orang lain. Dan yang paling menyakitkan, pengemis berdasi tak memperdulikan saingannya yang berpakaian kumal, menurutnya mereka harus segera diberantas begitu saja.

Pengemis Jalanan Kian Bertambah


Ada berbagai alasan mengapa semakin banyak pengemis jalanan berkeliaran disetiap sudut kota, ketidak sanggupan menjalani hidup atau mereka secara fisik sudah tidak memungkinkan untuk bekerja. Tapi ada sebagian pengemis yang menjadikannya sebagai profesi, bertubuh sempurna tetapi mengelabui orang lain dengan modal belas kasihan, dan keuntungan yang diperoleh kabarnya mencapai jutaan.

pengemis jalanan, pengemis buta

Tapi kita tidak membicarakan masalah profesi, karena semua ini ada penyebabnya. Mengapa pengemis itu meminta belas kasih dan mencintai profesi-nya? Maka sudah sepantasnya kita melihat keadaan bumi pertiwi yang semakin kacau dan terpuruk, kesulitan mencari lapangan kerja dan peluang usaha tanpa didukung modal yang cukup, adakah pemerintah memikirkan dampak yang lebih parah daripada pertambahan jumlah pengangguran?
Tidaklah cukup membuat aturan pelarangan  pengemis jalanan karena jumlahnya kian hari semakin meningkat. Butuh keseriusan, sudah pasti... apakah pemerintah benar-benar serius menangani masalah sosial seperti ini?
Tak cukup menampung mereka tanpa memberikan nilai pendidikan dan keahlian, walaupun dalam konteks undang-undang 'Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara' tetapi bukan berarti menyediakan tempat tinggal sepanjang tahun. Setidaknya ada usaha pemerintah untuk memberi pendidikan keterampilan dan kemudian setelah mapan memberi mereka modal usaha. Tanpa adanya keahlian, ketika mereka kembali kedalam lingkungan nyata pasti lebih memilih profesi terdahulu sebagai pengemis jalanan.

Dana bantuan usaha itu seharusnya tidak hanya diberikan kepada pengusaha mikro, tapi ada baiknya diberikan kepada mereka dengan syarat telah diberi keterampilan khusus. Saya sendiri malu melihat anak bangsa yang lebih memilih profesi pengemis jalanan yang kian hari semakin bertambah. Dari anak-anak pemulung dan mengamen, ibu-ibu yang menggendong anaknya sambil membawa mangkuk, dan banyak lagi tehnik pengemis jalanan yang terkadang berkesan keras. 

Bagaimanapun banyak warga kita yang sudah merasa risih dengan kehadiran mereka, terkadang memelas belas kasih dengan paksaan. Saya tidak menyalahkan mereka yang lebih memilih profesi sebagai pengemis jalanan, tapi keadaan negara kita yang secara tak langsung membentuk 'tenaga kerja' seperti ini.  

Dari tingkat pejabat hingga rakyat, semuanya lebih memilih menjadi pengemis,.... negara apa ini? Sampai kapan pemerintah membiarkan semua ini terjadi, bukankah pengemis jalanan adalah aset berharga yang bisa diasah menjadi nilai tambah ekonomi mikro?

3 komentar:

  1. susah ditertibkan, sama seperti pedagang kaki lima.. apalagi sekarang ! dimana2 tukang parkir yg pendapatannya jauh lebih besar dari org kantoran huh ! gubernurnya kmana ini??

    BalasHapus
  2. mau dibawa kemana negara ini klo tiap masalah gak selesai2

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.