Ads Top

Warung Internet Diambang Batas Tenggelam

Yup,.... membahas soal warung internet yang sekarang kabarnya mulai surut mengingat penurunan terus menurun secara drastis, tetapi disisi lain pengguna internet semakin melonjak. Ada apa dengan Warung Internet (Warnet) di tanah air yang kebanyakan penggunanya saat ini anak-anak, mereka dipojokan dan lebih senang mengakses game online dibanding membaca konten bermanfaat seperti milik saya :)

Setidaknya (menurut saya) empat dari sepuluh warung internet yang ada di kota saya sudah menutup usaha mereka karena tak sanggup menutupi biaya sehari-hari. Terlebih akhir-akhir ini diberitakan tentang adanya kenaikan tarif listrik, padahal listrik tak naik pun mereka sudah kesulitan bertahan. Dan ini hanya merupakan salah satu alasan, ada beberapa hal yang memang mempengaruhi keberadaan warung internet.

Masa Depan Warung Internet


Bagaimana masa depan usaha kecil warung internet? Sepertinya pengusaha mikro harus bisa melawan arus perkembangan teknologi gadget, dimana harga tarif internet semakin murah dan hampir rata-rata ponsel yang dikeluarkan saat ini dilengkapi jaringan internet. Ini merupakan rival berat pengusaha warung internet, dan sebenarnya listrik juga bukan menjadi masalah besar jika komputer yang mereka miliki bekerja keras siang dan malam.

warung internet, warnet, internet cafe

Soal tarif murah operator seluler, setidaknya berimbas positif dimana semua lapisan masyarakat bisa merasakan internet, dimana mereka bisa terus aktif diberbagai sosial media melalui sebuah layar 3 hingga 5 inchi. Cukup dengan membeli tarif internet seharga seratus ribu rupiah, saya rasa quota yang diberikan sudah cukup untuk mengakses sosial media.

Sayangnya, kendala yang dihadapi warung internet tidak hanya sebatas tarif murah akses internet dan kenaikan harga listrik, tapi juga diiringi pemadaman listrik bergilir. Bagaimana industri dan usaha kecil seperti ini mampu bertahan? Mereka tidak sanggup menggunakan generator, dimana kenaikan harga bensin juga menjepit berbagai usaha.

Nah,... ada dampak positif dibalik berkurangnya jumlah warung internet di kota Medan. Rata-rata pengguna internet biasanya hanya mengakses game online, sementara akses menuju konten web yang bagus (seperti blog saya ini) bisa diperkirakan kurang dari 10 persen. Semakin sedikit jumlah warung internet juga membuat kesempatan anak-anak terbatas, dimana anak-anak ini paling sering bermain game online. Setidaknya ada ruang yang membatasi mereka untuk menemukan warung internet, jumlah yang sedikit tentunya bisa mengurangi kompetisi pengusaha warnet.

Dan yang paling drastis adalah perangkat, siapa yang menyangka pelajar sekolah menengah saat ini disarankan memiliki komputer atau notebook. Kondisi seperti ini justru semakin mempermudah pengakses internet, mereka tinggal membeli kuota internet dengan berbagai pilihan harga, baik modem ataupun pulsa saat ini sudah sangat terjangkau. Tentu keadaan seperti ini menjadi latar belakang meningkatnya pengguna internet, semakin banyak pengguna Email dan sosial media.

Akhirnya nanti, saya sendiri akan sangat merindukan warnet, tempat yang pernah mengenalkan saya pada dunia maya 13 tahun lalu. Mungkin,.... lima tahun kedepan warung internet semakin sulit ditemukan disudut-sudut kota.

1 komentar:

  1. Kadi inget pertama kali kewarnet itu tahun 2000. dan biayanya mahal banget. kalau gak salah 5000/jam. Untuk uang segitu tahun itu anak smp kelas 1 pula rmang harus nabung ekstra keras. makanya kewarnet cuma seminggu sekali itupun cuma.dua jam aja..

    sekarang dimana mana bisa internetan. dirumah aku pasang speedy. di HP pake paket langganan 5GB. dikantor pake wifi gratis. :D

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.