Ads Top

Maraknya Bisnis Kotor Mengganti Daging Murah Tak Halal

Makanan lezat nan murah, tetapi di balik pelaku bisnis kotor,.... mereka menganggap manusia seperti memberi makan ternak babi. Jika media memberitakan tentang usaha yang menjual makanan tak layak, maka itu hanya sebagian kecil yang terungkap. Seperti formalin yang dicampur kedalam ikan, pembuatan makanan nikmat dan murah dengan bahan kimia berbahaya, menggoreng makanan dicampur tepung dan plastik, dan masih banyak lagi kasus-kasus makanan yang sempat membesar di media masa.

Berapa banyak kasus yang kita temui dalam lingkungan yang tersebar isu-isu penggunaan bahan makanan dari daging murah dan tak halal? Daging halal tapi murah dan berpenyakit, terkadang sudah membusuk, tetapi bagi pedagang justru menghasilkan omset yang jauh lebih besar. Saya tidak menyalahkan apa yang dilakukan pedagang ini, tapi setidaknya mereka berfikir bahwa pembeli bukan hewan ternak yang bisa diberi makanan sisa dan busuk.


Bisnis Kotor, Kalau Tak Keras Apapun Ku Makan


Dan istilah itu hanya pantas digunakan pada Babi sebagai hewan ternak yang bisa memakan apapun, asalkan bisa dikunyah. Hewan ternak ini tak pernah memikirkan bahan apa yang terkandung didalam makanan mereka, diberi ikan busuk berapapun pasti habis.

daging sate, bisnis kotor, daging murah

Tapi istilah itu sepertinya sering digunakan dalam pelaku bisnis kotor dalam beberapa tahun terakhir. Ada yang menggunakan formalin, menjual bakso yang terbuat dari daging tikus, sate kacang dari daging kucing, dan masih banyak lagi beberapa isu yang santer di masyarakat. Masalahnya, hanya beberapa yang terungkap dan selebihnya mungkin hanya persaingan bisnis belaka.
Ketika bisnis itu berjalan mulus, maka muncul isu yang membuat pelanggan enggan mencicipi masakan lezat mereka. Dibalik fakta yang ada sebagian mungkin benar, tapi tak semua isu itu benar.
Eh,.. temanku pernah memberi pengakuan bahwa dia pernah menjual ayam yang mati tergilas kenderaan di jalan. Kepada siapa? Tentunya kepada penjual daging ayam di pasar tradisional! Aku bukannya menakuti kalian dengan pengakuan temanku, tapi beberapa pelaku bisnis daging pernah melakukan kecurangan dengan mensiasati harga pembelian daging yang murah.

Aku juga pernah melihat pembuatan bakso. Beberapa pelaku bisnis kotor membuat bakso dari daging yang tak dicuci. Artinya daging itu masih penuh darah, langsung digiling kemudian dicampur tepung. Menurut mereka, kuman bakalan mati saat direbus nantinya. Ya,... tentunya secara tak langsung pelanggan mereka menjadi drakula yang memakan darah didalam makanan olahan. Belum lagi bahan pengawet dan perasa yang dicampur kedalamnya.

Bagaimana dengan sate yang lezat dan nikmat itu? Aku juga pernah bertanya kepada seorang penjual sate “Ini daging apa ya, ko ngga seperti daging-daging lainnya?” Dan si pedagang kecil tak menjawab sama sekali. Apa yang ada dipikiran pelanggan ketika seorang pedagang tak bisa menjawab pertanyaan?
Bisnis Kotor,...seperti memberi makan ternak babi yang tak perlu tahu tentang asal muasal daging.

Yang Halal Diantara Pelaku Bisnis Kotor


Aku lebih menghargai seorang pelaku bisnis yang memajang menu Babi didepan pintu masuk mereka, sehingga jelas haram bagiku untuk melangkahkan kaki kesana. Bagaimana dengan makanan yang kusebut diatas? Memakannya tak beda dengan memakan daging babi, kita ini dianggap apa?

Hidup di zaman sekarang semakin parah, manusia mengganggap manusia lain sebagai hewan. Bagaimanapun aku tak mau dianggap sebagai seekor ternak oleh pelaku bisnis kotor, lebih baik membeli dari pelaku bisnis yang benar-benar dikenal dan terpercaya walaupun harganya sedikit lebih mahal.

42 komentar:

  1. salam kenal mas blog yg unik nih

    BalasHapus
  2. Semua itu pasti ada sebabnya, gak bisa hanya menilai hilirnya aja tapi melupakan hulunya. Bisakah pedagang Mie ayam menjual dagangannya di atas 5 rebu? Jawabnya gak bisa, pasti gak laku, karena daya beli masyarakat rendah. Trus apa yang diharapkan dari pedagang yang hanya bisa untung sekecil itu?

    Ngomong tentang ikan yang diformalin, apakah kamu tahu bagaimana caranya menangkap ikan zaman sekarang? Bagaimana cara mengawetkan ikan yang bagus menurut pendapatmu? Pake es? Sedangkan beli solar aja mereka gak sanggup apa lagi beli es. Kalo pake es biayanya berapa dan kalo pake formalin biayanya berapa.

    Kita tu hidup bukan di Jepang, yang pendapat perkapitanya berapa sehingga mampu beli makanan sehat. Kalo kamu coba jalan ke Tangerang, yang notabene sejengkal dari Jakarta, mungkin kamu gak komen tentang makanan babi segala. Biarlah makan makanan babi asal hidup, ketimbang bela-belain nyari makanan yang sehat, tapi langsung mati kelaparan :-(

    Susah kalo hidup di awan, coba sekali-sekali datang ke bumi

    BalasHapus
  3. kotor kerjanannya tapi bersih duitnya he he he mantavvv

    BalasHapus
  4. kalau aku seh ditempat asing gak akan mau makan dipinggir jalan kecuali ada yg merekomendasikan oleh temen dekat.. lebih baik mengeluarkan sedikit mahal kan yak :D

    BalasHapus
  5. Foto satenya itu bikin saya jadi ngiler kangen kota Medan. :)
    Saya yang makan siang sering jajan di luar ini yang susah. Saya pun takut juga makan di tempat yang sembarangan. Takutnya ya begitu itu. Makanannya tak sehat.

    BalasHapus
  6. Terus, apakah dengan makan di restoran dan fastfood itu pasti tidak kotor dan terjamin ya?

    BalasHapus
  7. Sepertinya pertanyaan Anda ditujukan kepada orang yang tepat.

    Saya sudah menjadi bagian dari pedagang kecil sejak lulus SMU, 12 tahun yang lalu. Menutupi kebutuhan hidup dan membiayai kuliah sebagai pedagang kecil semenjak orangtua jatuh sakit. Saya sempat bekerja di ruang yang penuh AC tapi tak bertahan lama, dan sekarang hanya membuka usaha kecil termasuk istri yang membuka sarapan pagi didepan rumah. Orang-orang yang berada disekitar saya juga sebagian besar pedagang kecil.

    Sebenarnya ini bukan masalah hulu dan hilir, kami sangat mengerti membedakan daging dan ikan segar karena berpengaruh pada kualitas makanan, tak seperti PRT dan ibu rumah tangga. Segelintir pedagang kecil lebih senang membeli daging segar dari tempat terpercaya, seperti membeli ayam yang langsung sembelih ditempat. Harganya sesuai pasaran dan bagi penjual ini juga suatu keuntungan karena tak harus menyediakan es untuk daging yang sudah dipotong.

    Bagaimana dengan ikan? Saya mempunyai rekanan nelayan dan pedagang yang menjual ikan hanya menggunakan es tanpa pengawet. Tapi mereka sangat mengerti bagaimana strategi menghabiskan dagangan sebelum 24 jam. Dalam bisnis hanya ada 2 hal, Untung atau Rugi. Kalau tak siap dirugikan, lebih baik bekerja di pabrik atau menjadi pegawai. Kenapa Anda tak bertanya bagaimana jika makanan yang saya jual basi, apakah juga harus diberi pengawet agar lebih tahan lama? Kami dan segelintir pedagang kecil masih menghargai orang lain sebagai manusia dan menjaga kualitas.

    Saya rasa harga mie ayam di kota Anda tak beda dengan harga jual ditempat saya. Bahkan disini kami pun sanggup menjual sepiring sarapan seharga 3 ribu rupiah. Omong kosong kalau ada yang mengatakan harga murah tak bisa berdagang dengan cara wajar. Rejeki urusan Tuhan, manusia hanya berusaha. Kalau kami (segelintir pedagang kecil) penggila harta, sedari dulu sudah ikut menggunakan daging busuk demi keuntungan besar.

    Inti dari semua ini adalah kesadaran diri pelaku bisnis tanpa harus menunggu campur tangan pemerintah. Begitupun peran pemerintah sangat kami harapkan, mengapa semua ini terjadi dan berlangsung lama?

    Oh ya, mungkin kalimat terkahir Anda bisa mengakibatkan salah pengertian. Apakah 'mungkin' secara tak langsung bahwa Blogging hanya digunakan manusia awan. Saya sebagai manusia di bumi telah mengenal blogging dan internet sejak 11 tahun yang lalu. Orang-orang seperti kami juga sering menjelajah jagad maya.

    Maaf jikalau penyampaian saya salah. Karena pelaku bisnis kotor, segelintir pedagang kecil yang bersih ikut menjadi korban. Dan... terima kasih sudah memberikan kritik di blog saya :)

    BalasHapus
  8. eh Nie,... bukan maksudku memojokkan pedagang tak dikenal. Bisa saja mereka menggunakan bahan yang aman dan bersih dibanding tempat favorit kita

    BalasHapus
  9. Sama Mas, saya kalau jalan2 juga sering mencicipi beberapa tempat. kalau berasa lain, ngga jadi saya makan :D

    BalasHapus
  10. Ngga ada yang menjamin.
    Tapi biasanya mereka yang mempunyai nama besar tetap menjaga kualitas dan layanan pelanggan.

    BalasHapus
  11. catat: klo saya mudik nanti, saya makan di tempat abang niy ajalah. eh tapi sedia daging babi gak bang? :D

    sepenuhnya saya setuju sama abang bilang tu.
    dan banyak postingan di sini yang justru menurut saya hanya bisa ditulis orang yang memang benar2 menjejakkan kakinya di BUMI. :D

    saya, lebih suka berdagang sistim CINA, sedikit untung tak apa, asal banyak laku. Toh, pedagang2 Cina itu kaya2 juga. Apakah semua begitu? Tentu tidak! Lalu apakah semua penjual makanan kotor? Tentu tidak!
    Dalam semua lini, pasti ada + dan -. Lumrah!

    Jadi kita pedagang ya kita mulailah dari diri kita , agar menjual makanan yang bersih dan halal. Memang menyakitkan jika terkena dampak negatif dari ulah orang lain. Hal ini pula yang terpikirkan oleh saya ketika TV2 itu menyiarkan tentang borax, formalin dan keluarganya. Sempat saya pikir, bakal banyak warteg/tukang baso/tukang mie ayam/ tukang martabak yang bangkrut. Kenyataannya? Pasar Senen tetap meriah tuh :D Penjual martabak pun tetap laku. Jadi kulihat masyarakat pun gak maen "sirap-rap" nya :D

    eh kira2 masih relevan gak ya komenku? hihiih ... biarlah, tempat abangnya ini hahaha

    BalasHapus
  12. Menurut saya, pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada para pedagang tentang bahaya penggunaan bahan atau cara tertentu dalam pengolahan makanan atau pangan. Tapi untuk hal yang sudah jelas-jelas membahayakan kesehatan (tanpa perlu sosialisasi saja sudah menyadarinya), maka yang nggak beres ya si pelaku itu sendiri.

    Di sisi lain, mungkin para tokoh agama dan ormas-ormas keagamaaan juga perlu turun tangan untuk menggencarkan dakwah mengenai hukum menggunakan bahan berbahaya atau cara berdagang yang sangat tidak manusiawi. Jangan cuma sibuk "membela agama" atau dakwah tentang masalah ritual semata.

    BalasHapus
  13. kalau saya pengalaman sih pak, pernah mau beli sebuah karya, saya gak tahu kalau karya itu bajakan, dan dijual kembali, pas mau deal, untungnya itu bajakan pas dikasih tahu orang lain, dan benar. walau harga murah atau mahal, tetep waspada aja beli hal2 didunia ini. apalagi diatas soal makanan, wah, ngeri jadinya.

    BalasHapus
  14. itu mungkin belum seberapa bang, coba nanti kalau BBM udah naek, kayaknya bakalan susah nyari sate kambing atau sate ayam, yang ada sate tikus got :mrgreen: :lol:

    beruntung saya masih setia dengan masakan emak saya bang, walaupun cuma nasi tiwul sama sayur daun singkong tapi dijamin sehat, dan nggak akan terkontaminasi dengan daging2 haram...hehehe... :D

    BalasHapus
  15. Hahaha.... Mabka Niq, saya ini manusia ko' masih menjejakkan kaki ke tanah, bukan pocong lho :D

    Iya, banyak berita yang menanyangkan larangan dan membuat deskripsi tersendiri tentang pedagang kecil. Apapun itu, bisnis tetap berjalan, dan pedagang punya jalan tersendiri tapi tak harus mencurangi :)

    BalasHapus
  16. Bener itu mas Is. Ormas malah sibuk meributkan masalah norma agama, halal atau haram. Tapi mereka ngga sadar dengan makanan yang di konsumsi sehari-hari. kalau mau besar, seharusnya masalah kecil2 begini diurusin. Secara tak langsung bakalan banyak yang fanatik

    BalasHapus
  17. Lho, ko' malah jadi takut beli makanan. tak semua lho, banyak yang menjalankan bisnis secara murni

    BalasHapus
  18. Wakakaaka,..... lha wong saya juga senengane tiwul ko'. Lebih alami tanpa pengawet dan ngga banyak modal :D

    BalasHapus
  19. Hahahaha.. 'bola' ini bergulir dari perkara sampah kemarin ya, Bro :)
    Pernah makan daging tikus? Belum? Tak percaya! Ketahuilah sebagian besar dari kita yang kerap terlena dengan whatsoever 'mie ayam' ataupun 'sate ayam' kampungan... niscaya kalian tau bahwa kenapa aku menuliskannya pake tanda ' :)

    BalasHapus
  20. Mau gimana lagi mas,,,salah satu penyebabnya mahalnya bahan dasar,jadi mereka kesempatan memanfaatkan bahan yang tak halal untuk didagangkan,,lagi pula pedagang berpikir"mereka pasti tidak bertanya-tanya tentang bahan yg mereka buat,,melainkan para konsumen lebih menikmati makanan yang mereka pesan"

    untuk itu berhati-hati kalau ingin menkonsumsi makanan yang tak pasti kehalalannya.

    BalasHapus
  21. lahh masih banyak kejadian lainnya mas spt gorengan yg dicampur plastik biar bs kriuk2...
    jaman semakin edan

    BalasHapus
  22. Bukan bergulir Om. tapi kenyataannya Ormas ribut2 soal hala-haram, yang ini? Ngga ada bedanya dengan makan B***
    oh ya,... aku pernah om, rasanya enak. Sebulan kemudian baru tau :(

    BalasHapus
  23. oh begitu,...
    Ada baiknya kamu baca komen saya sebelumnya :)

    BalasHapus
  24. kayak pelem2 robot itu ya Mas, kita makanannya plastik. Sebentar lagi bubur besi :p

    BalasHapus
  25. Aku menyebut pelaku bisnis di atas adalah pelaku bisnis haram.
    Teliti sebelum membeli tapi apa mungkin kita harus teliti ditempat yang tidak pernah kita tau sebelumnya? Ini menjadi dilema juga, Bang.

    BalasHapus
  26. foto makanannya ngeri banget...
    [yuks makan di restoran] :D

    BalasHapus
  27. seminimal mungkin saya usahakan untuk menghindari beli jajanan di pinggir jalan, kalaupun terpaksa pasti pilih2 yg jualannya.. takut karena berita2 pedagang kotor begini

    BalasHapus
  28. Tulisan yang menarik mas, jujur melihat fakta-fakta yang ada dan yang mas tuliskan memang miris dan membuat saya sebagai konsumen apalagi anak kos merasa kebingungan saat mau membeli makanan. Harus jeli dan pinter2 milih..

    BalasHapus
  29. hehehe perlu dicermati lagi tuh.. kayanya sekarang reportase investigasi tak ketinggalan berita dengan banyaknya kasus-kasus makanan yang tak jelas seperti ini.. saya juga kadang ngeri dan memilih makan di rumah aja daripada jajan2 murah yang gak tentu jelas kehigienisan dan kehalalannya :D

    BalasHapus
  30. cukup berhati-hati aja dah

    BalasHapus
  31. Walah,... bukannya menakut-nakuti. Lihat aja di tipi, rame kan berita beginian? Ngga tau kalau di kota kita, mudah2an ngga beda :D

    BalasHapus
  32. Yuk..... postingan sampean membuat saya laper :D

    BalasHapus
  33. Kayaknya banyak yang takut ya,... apalagi akhir2 ini media juga memberitakan hal yang sama

    BalasHapus
  34. Nah itu dia,... anak kost sering menjadi korban, padahal murah tak harus membeli makanan tak sehat. Bisa pilah pilih ko', dan semua memang tergantung pedagangnya

    BalasHapus
  35. Tapi,... intinya bukan ngirit kan? :P

    BalasHapus
  36. Nah, soal makanan yang layak dan tidak, seorang tetangga yang pernah jadi karyawan di sebuah pabrik bakpao bercerita kalau saat dia bekerja dulu si majikan tidak sepenuhnya menggunakan daging ayam sebagai isi bakpaonya, dia bilang rugi. So, untuk mengakali dicampurkanlah daging babi dengan harga yang lebih murah.

    BalasHapus
  37. beli yang mahalan sedikit asal bersih dan jelas asalnya.... hmmm ini juga bumerang bagi pedagang kecil yang jujur. Kalau aku sih mau makan tikus juga gpp ASAL bersih! Babi apalagi karena tidak dilarang oleh agamaku. TAPI kurasa inti dari tulisan ini adalah kejujuran dan ketidakmunafikan. Percuma gembargembor soal halal gede-gedean (inget kasus ajinomoto) TAPI yang kecil-kecil begini tutup mata. satu kata dariku MUNA! (Dan aku paling benci orang MUNA)

    EM

    BalasHapus
  38. Fiz, kalau ditempat saya malah lebih mahal daging babi ketimbang daging sapi. Jadi ada kemungkinan kecil makanan murah di kota kami disisipi daging ini, kecuali daging2 busuk. Ah,.... itupun hanya menduga. Tak baik kan?

    BalasHapus
  39. Bener Mbak, intinya bukan halal haram, tapi kejujuran. Kalau dalam agama kami halal haram sudah jelas, masalahnya tak lain hanya 'jujur'. Pembesar2 agama itu selalu meributkan produk yang jelas diisi dengan bahan yang haram atau halal. Coba sesekali mereka turun ke jalan, makan diwarung, periksa.... konsumen terbesar ada disana, jelas mereka tutup mata :(

    BalasHapus
  40. Kalau ragu yaa ga usah dibeli
    Kan bisa terlihat yang mana yg bersih dan yg ga bersih
    Dan tidak perlu dijustifikasi semua akan kotor dan buruk
    Selebihnya...Bismillah
    Salam kenal..Nice Blog

    BalasHapus
  41. kasian juga pedagang yang jujur. jadi imbas dari mereka yang curang. konsumen kan jadi ragu untuk membeli.

    BalasHapus
  42. Hidup jangan malas,,, kalau serba takut jajan di luar rajin2 lah masak sendiri makan lah sendiri... "gitu aja kok repot"

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.