Ads Top

Masyarakat Mencintai Rentenir Dibanding Perbankan

Petani sering menjadi korban rentenir yang menggadaikan surat tanah demi menutupi kebutuhan mendadak, lintah darat yang menyisakan pakaian di tubuh, dan menganggap Perbankan terlalu rumit.

Aku masih melihat banyak rentenir meninggalkan jejak diantara penduduk kelas bawah, mendatangi mereka seperti menyerahkan jiwa kepada iblis karena merasa tak ada jalan lain. Berapa banyak orang yang telah kehilangan harta benda termasuk tanah garapan, miskin semakin terbelit hutang seperti mengidap penyakit kronis hingga akhirnya yang tersisa hanya pakaian.

Mengenalkan Perbankan Ternyata Sulit


Sedari dulu perbankan sudah mengenalkan pinjaman & jaminan atau lebih dikenal dengan sebutan 'gadai'. Begitupun selama bertahun-tahun bangsa ini lebih mencintai rentenir dibandingkan perbankan dan pegadaian yang secara hukum memiliki aturan jelas. Tidak seperti rentenir yang bisa mengambil alih seluruh harta benda bahkan ada pula yang hanya mengenakan pakaian dalam akibat penyitaan paksa. Ya,.. mengenalkan perbankan ternyata sulit,...

iklan gadai, gadai emas

Sudah berapa puluh tahun perbankan menjalankan aktifitas pinjaman? Toh tak merubah kebiasaan masyarakat yang memilih rentenir, mereka menganggap bahwa perbankan sangat merepotkan dan ketakutan akan bunga yang di tawarkan. Padahal sebenarnya bunga pinjaman melalui perbankan lebih ringan di banding seorang rentenir.

Siapa yang mengenalkan pegadaian dan pinjaman melalui bank kepada masyarakat awam? Selama bertahun-tahun, apakah iklan peminjaman sejenis ini dikenalkan kepada mereka? Kalau di desa sales-sales ini tak terlihat aktif, tanpa sosialisasi yang mengenalkan pegadaian & perbankan lebih aman dibanding rentenir. Wajar kalau sampai sekarang masih ada warga desa tak tahu menahu tentang kedua istilah tersebut.


Gadai Kini Lebih Mudah Melalui Perbankan


Suatu langkah bagus menurutku, ketika mendengar perbankan merentangkan sayapnya dalam hal pinjaman. Lihat saja, beberapa Bank sudah menyediakan pegadaian emas dan barang berharga lainnya. Perusahaan pegadaian juga tak mau kalah yang kini juga gencar mengeluarkan berbagai produk dan membuka outlet di berbagai kecamatan.
Dulu, aku tak pernah melihat iklan gadai terpajang, apalagi menempel dibatang pohon yang tadinya hanya berisi iklan 'Masalah WC Tumpat'.
Walaupun perbankan dan pegadaian tak begitu gencar sosialisasi, tapi setidaknya iklan mereka bisa menempuh desa-desa yang sulit terjangkau. Ada harapan nantinya masyarakat awam mulai bertanya tentang pinjaman uang dan pegadaian emas yang kini cukup mudah. Ada banyak kasus yang menjadikan masyarakat lebih maju selangkah dalam pemikiran masa depan, misalnya tidak menggadaikan barang berharga kepada mereka yang tidak memiliki izin pinjam meminjam. Tetapi dalam kebanyakan mereka yang tidak kembali kepada rentenir karena sudah menjalani pengalaman pahit, setidaknya seharga sepeda motor.

Berapa banyak masyarakat kita yang masih menginginkan kehidupan dibawah tekanan? Tetapi ada atau tidaknya tanggung jawab pemerintah dalam men-sosialisasikan permasalahan perbankan tersungkur pada masalah SDM mereka sendiri, bukan pada masyarakat. Karena masyarakat kita terkenal ramah, penawaran apapun yang menggiurkan pasti lebih cepat terjual, contohnya sepeda motor murah dari negeri tirai bambu.

Setidaknya rentenir-rentenir itu mulai risih dan nantinya tersingkir dengan sendirinya. Kalau kita ingin tetap melihat petani yang masih mencangkul tanah garapannya, berikan mereka penjelasan tentang produk pegadaian dan perbankan. Jadi, tak harus menggadaikan surat tanah seperti yang dilakukan orang tuaku. Petani di negeri ini sudah miskin dan jumlahnya semakin berkurang bukan hanya karena pupuk dan obat tanaman yang mahal, ataupun takut berhadapan dengan perbankan, tapi beberapa diantara mereka mempunyai masalah dengan rentenir.

48 komentar:

  1. iya masy bawah lebih suka ke rentenir karena syaratnya administrasinya mudah kali mas

    mungkin perbankan model muhamad yunus ( pemenang nobel) bisa diterapkan :)

    BalasHapus
  2. hehehe aku pun pernah posting ttg ini. 11-12 lah isinya. tentang pegadaian itu.

    bukan orang tak kenal sama bank beneran, tapi bank keliling itu lebih bersahabat, bang. ga ribet urusannya. bukan sekali dua aku meracuni otak tetangga yg mo minjem sama bank keliling, kukasi tau itung2annya. Pas itu sih ga jadi minjem, tapi pas aku balik badan, mereka ya tetep minjem. Butuh katanya! Padahal buat modal dagang, mana nutut untungnya kan?
    Klo kita tolong, yaaaa siap2lah uangnya ga balik.
    Gimanalah mo balik, klo untung dagang yg tak seberapa itu buat urusan rumah semua, sikit2 kemakanlah modalnya. pusing juga klo ikut campur :D

    BalasHapus
  3. iya nih, mas kaget, rentenir kini malah sudah menyusup ke desa2. para petani tak sedikit yang menjadi korban. buat neli pupuk mesti ngutang sama rentenir, ketika harus mengembalikan hasil panen ternyata tidak cukup. tega amat ya sang rentenir itu?

    BalasHapus
  4. Kuncinya tetap pada pemerintah dan pendidikan, mas bro!
    Nenekku dulu adalah korban rentenir, setelah menjanda, untuk mencukupi kebutuhan anak, ia rela 'diduduki' rentenir tahunan lamanya...

    Pemerintah yang culas akan menganggap remeh kenyataan di lapangan dan menganggap bahwa rakyat harus mampu mnengatasi dengan jargon2 "swadaya" padahal tai kucing, itu hanya cara mereka untuk tak bekerja menolong rakyatnya!

    Pendidikan, seperti yang kau bilang, petani harus diberitahu ini dan itu... semakin orang pintar semakin ia punya banyak pilihan untuk dijadikan keputusan.. smakin bodohnya ia, smakin kerdillah jalan pikirnya, dan di situ rentenir menawarkan harapan.

    BalasHapus
  5. memang kasihan para petani kita, mereka yang bekerja keras menghasilkan beras yang kita makan, namun nasibnya kurang sejahtera

    BalasHapus
  6. sosialisasi perbankan memang penting. Karena tidak tahu, mereka takut berurusan dengan bank. Padahal berusan dengan rentenir lebih menyangkut nyawa :(

    BalasHapus
  7. soalnya rentenir itu memberi janji2 kan yak.. bilangnya bunga mereka lebih murah.. ya masyarakat awam langsung percaya aja toh.. lagian dia masih awam dengan bank..

    ya mudah2an gak ada lagi yg jatuh miskin gara2 rentenir deh.. makanya pendidikan perlu banget kan yak :D

    BalasHapus
  8. Pak sebenarnya masalah ini bukan hanya berlaku di negara bapak, bahkan juga di negara kami. Retenir yang kami panggil along, bukan sahaja menjerat leher, bahkan ada di antara mereka yang bertindak di luar sifat kemanusiaan.

    Penggadaian emas toh bukan jalan terbaik kerana saya pernah melihat seorang kenalan yang menggadai emas kerugian besar selepas menggadai barang kemasnya. Ini disebabkan bunga yang tinggi dan tempoh bayaran balik yang singkat. Menabung aja... itu lebih baik daripada meminjam.

    BalasHapus
  9. Kalau saya melihat lebih jauh lagi, baik itu Perbankan dan juga Renternir tidak jauh berbeda... mereka sama sama menarik bunga. Walaupun Renternir terkadang tidak masuk akal tapi dengan kemudahannya didepan membuat para petani suka.

    Dilain sisi, Perbankan yang ingin semuanya terkendali dengan kontrol awal lebih lama membuat Petani menghindarinya... semoga aja ada jalan keluar

    BalasHapus
  10. iya pak, apalagi pegadaian itu sistemnya sangat berbeda dengan rentenir yg bunga pengembaliannya sangat besar. ya semoga saja masyarakat terbantu dengan adanya pegadaian.

    BalasHapus
  11. Kalau saya pribadi menghindari & menjauhi dari yg nama'a berhutang mas,soalnya hidup ini akan terasa nyaman & tenang jika kita tidak mempunyai hutang sama siapa pun

    BalasHapus
  12. Berurusan dengan Bank yang rumit mungkin menjadi alasan untuk memilih rentenir. Bahkan ada yang berani "beriklan" tanpa jaminan.

    BalasHapus
  13. iya sih, kita terkadang terlena dengan
    kemudahan yang diberikan ..
    tapi waspadalah ... waspadalah ..

    BalasHapus
  14. Karena bank terlanjur dianggap rumit dan lama dalam hal administrasi, di lain sisi rentenir menawarkan administrasi yang sederhana dan cepat. Akhirnya, para konsumen yang berlatar pendidikan menengah ke bawah pilih alternatif kedua. Soal bunga yang jauh lebih tinggi, "Itu urusan nanti, setinggi apapun, kan bisa dicicil!"

    BalasHapus
  15. memang rentenir lbh dijadikan pilihan rakyat kecil karena mudah mas.. tak perlu syarat dan survey dll mas :D
    kalau perbankan kan rata2 berbelit-belit

    BalasHapus
  16. Perbankan kelihatannya memang hanya untuk kaum elit ya. Meski sudah ada bank2 perkreditan rakyat dan masuk ke desa2, tapi tetap saja pandangan bahwa pinjam ke bank itu ribet terus berkembang.
    Ya, harusnya ini tugas kementrian keuangan nih.

    BalasHapus
  17. Orang sudah terbiasa.. Ya begitu lah.. Sulit berubah

    BalasHapus
  18. jujur nich sob seumur2 ane blom pernah masuk tempat gadai n moga2 jangan sampai dech hehehehehehehe............

    BalasHapus
  19. Yang gawatnya beberapa kawan saya malah meminjam ke rentenir untuk melunasi hutangnya di bank

    BalasHapus
  20. Ngga perlu survey Om, dan langsung cair. Tapi bunganya itu lho :(

    BalasHapus
  21. Bank keliling lebih bersahabat dan lebih mudah melempar senyum, apalagi lebih ramah dari sales perbankan. Masya kelas bawah langsung KO deh :(

    BalasHapus
  22. Lha itu,... tetangga kakek saya yang dulunya tuan tanah, sekarang amblas hanya punya setapak rumah :(

    BalasHapus
  23. Dan sekarang aku malah melihat rentenir dibalik koperasi, seperti yang Om DV bilang "dibalik jargon swadaya'. Beli pupuk di barter hasil panen, ujung2nya petani cuma menerima 20% hasilnya. Solusi pintar menolong petani atau modus baru pencaplokan tanah??? :(

    BalasHapus
  24. Sejak kapan petani kita hidup senang, semasa Pak Harto pun mereka masih miskin hingga sekarang

    BalasHapus
  25. Ada juga cerita yang menjual anak perempuannya menjadi istri rentenir. bener2 mirip di pilem2 itu Mbak :(

    BalasHapus
  26. Pendidikan penting, Nie mau ngga ngajarin 10 ribu petani yang ngga ngerti perbankan. Jumlah itu masih sebagian kecil kok :D

    BalasHapus
  27. Oh, begitu bu. dalam hitungan saya ketika tak memiliki cukup uang, pegadaian emas cukup membantu dan bunganya rendah disini. Kalau menabung biasanya masyarakat awam lebih membutuhkan uang, jadi isi tabungan sering kosong

    BalasHapus
  28. Benar Mas, sama2 menarik bunga. Dan saya pun sebenarnya tak doyan bunga, apalagi bunga tinggi yang ditawarkan rentenir. Perbankan sepertinya lebih fokus di pusat kota, di desa malah jarang muncul. dan persyaratannya itu terkadang membuat petani mengganggapnya suatu hal yang ribet.

    BalasHapus
  29. Tetangga saya setiap bulan harus membayar 10% dari pinjaman rentenir. Edan!!!

    BalasHapus
  30. Semua orang maunya begitu, tapi ada juga yang mengatakan bahwa hidup tak lengkap tanpa "hutang", makanya banyak yang nekat meminjam walaupun dengan kartu kredit

    BalasHapus
  31. pakai tanda kutip Din,... tak semua bisa cair

    BalasHapus
  32. Nego cuma 5 menit, langsung cair. resiko tanggung sendiri :D

    BalasHapus
  33. Memang kalau belum kejepit hutang jawabannya selalu begitu, jamu serasa sirup :D

    BalasHapus
  34. Anehnya, sales perbankan ada yang minta saweran biar cepat tuntas. Nasib peminjam, sudah berhutang malah memberi :(

    BalasHapus
  35. menkeu sibuk dengan urusan ibukota dan dana parlemen, yang beginian sudah bertahun-tahun dibiarkan padahal lahan penggarapan konsumen sangat besar di petani

    BalasHapus
  36. kalau bisa sih jangan berhutang, kuras terus isi tabungan :P

    BalasHapus
  37. wah, solusi menarik itu Om. hidup juga ngga bakalan berarti tanpa hutang, paling tidak 'sakit kepala' :P

    BalasHapus
  38. Iya mas mungkin kurangnya sosialisasi yang membuat orang awam tak tahu sistem yang ditawarkan pegadaian maupun perbankan.Mungkin karena lebih mudah prosesnya kebanyakan lebih suka dengan rentenir.Dan klo sudah terjebak susah juga lepasnya :(

    BalasHapus
  39. Melepas ikatan dari rentenir seperti mengangkat truk. Bisa2 tubuh ikut tertindih dan mati :(

    BalasHapus
  40. "Gadai Cinta, Butuh Pacar Cepat" - Huahahahahahakcus :D

    BalasHapus
  41. Kalau saya melihat rentenir merajalela karena akses untuk mendapatkan modal usaha sangat kecil, ditambah lagi dengan segala persyaratan yang tidak mudah. Kehadiran bank Syariah seharusnya bisa menjadi obat yang manjur untuk mengatasi masalah ini. Dan saya percaya dengan sistem yang didasarkan pada syariat ini, maka para petani kita akan benar2 dilindungi..

    BalasHapus
  42. Setuju, masalahnya bank syariat belum familiar di desa-desa. Mereka butuh sosialisasi kan?

    BalasHapus
  43. sebenernya pegadaian, bank atauwa rentenir sm2 jg menjerat wkwkw yang paling penting mungkin membatasi diri untuk tidak tamak dalam menggunakan uang untuk konsumerisme hingga harus ngutang atawa gadai..kecuali terpepet kali ya.. selain riba yang artinya dosa, plus gak bikin hati tenang.. tiap hari dikejar utang dan debt collector :D

    BalasHapus
  44. Yang paling ngga enak, yang terakhir itu... Debt kolektor sekarang banyak yang kejam lho :)

    BalasHapus
  45. setahu saya ada beberapa jenis rentenir ya. ada yang seenaknya, tapi juga ada yang memang niat bantu. kalau soal bunga sih memang sudah aturan pinjam meminjam, memang terasa sesak sih kalau bunganya tinggi. tetapi setelah googling sana sini menggadaikan sesuatu di lembaga resmi juga bukan berarti aman dari bunga rendah loh... kalau dihitung dengan uang administrasi segala, ada juga yang 10% lebih. jadi beda atau tidak tergantung personalnya minjam sama siapa hehehe... berhutang untuk berusaha dengan perhitungan rasanya wajar apalagi bila ada hubungan baik dengan pemberi hutang. ya pandai-pandai saja mengatur dana. salam kenal :)

    BalasHapus
  46. Salam MasBro.
    Dikalbar, ada satu lembaga yang mampu menyaingi bank dan sedikit mengalahkan rentenir. Credit Union namanya, lembaga ini dikelola oleh pemilik simpanan dan dilakukan sangat transparan, setiap anggota mengetahui perkembangan lembaga ini kapan saja dan proses pinjaman sangat mudah dan tidak memberatkan. Hanya kekurangannya (kalau ini disebut kekurangan), anggota yang boleh meminjam harus sudah memiliki simpanan pada lembaga dan sudah mengikuti pendidikan dasar pengelolaan dana pinjamgan.

    BalasHapus
  47. Ada benernya. tapi rata2 rentenir biasanya ngga kenal negosiasi 'damai'. kalau yang baik hati saya rasa di sebut 'dermawan' :)

    BalasHapus
  48. Lho, artinya sama saja dengan nabung Mas. Lembaga yang bagus, apalagi sistemnya transparan. yang ditakutkan petani malah ngga sanggup nabung, apalagi belum mengikuti pengelolaan dasar. sepertinya anggota tertentu yang mudah memperoleh pinjaman

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.