Pentingnya Konteks Dan Konsep Menulis Dalam Blogging
Menulis, tujuan blogger hanya menulis blog-blog mereka dengan mengindahkan konsep menulis. Seberapa penting konteks menulis bagi kalian,... blogger? Dan tentunya bagi kalian yang mengejar traffik tak perlu susah payah membaca postingan ini sampai habis, karena tujuan Anda jelas berbeda dengan saya dan beberapa blogger lainnya. Cukup baca penggalan sub judul jikalau mengira posting blog ini tak penting dan menghabiskan waktu, atau tinggalkan komentar untuk meninggalkan jejak.
Mengapa Harus Mengulas Konsep Menulis?
Yang harus disadari bahwa dengan menuliskan 'hanya' sepenggal kalimat dalam posting blog, tulisan kalian sudah bisa diakses siapapun. 'Akh,.... saya hanya menulis sebagai referensi sendiri, kenapa harus peduli dengan konsep menulis, pembaca dan mesin pencari?' Kalau fikiran Anda terlintas demikian, maka sepatutnya membuat postingan itu bersifat 'private' hingga mesin pencari tak perlu repot mengindeks postingan Anda.
Bukan menuduh kalian yang semata-mata hanya ingin dikenal kalangan blogger atau namamu terpajang disebagian besar sosial media sebagai artis dunia maya. Banyak blogger yang melupakan konsep menulis, melupakan bagaimana cara lebih baik atau menyertakan, dan membuat mata lebih nyaman berhadapan dengan sebuah layar.
Sadari, bahwa pejelajah internet berhadapan dengan media yang mengeluarkan cahaya, tentunya lebih cepat membuat mata lelah, tidak seperti membaca sebuah buku.
Mungkin tidak dianggap penting, tapi kebanyakan blog dengan tulisan 'Wah' melupakan penggunaan paragraf dan sub judul sebagai bagian dari konsep menulis. Bagaimana seseorang bisa betah dan berlama-lama berada dihalaman Anda jikalau posting blog 'pelit' paragraf? Membuat posting blog menjadi beberapa paragraf tentunya akan berdampak pada respon pembaca yang lebih memahami setiap inti sub judul.
Judul, Sub Judul, Atau Paragraf?
Tiga hal tersebut sering digunakan blogger pengejar trafik dari mesin pencari. Sayangnya dengan menerapkan ketiga metode tersebut melalui pluggin-plugin 'pendongkrak' menyebabkan posting 'membosankan' akibat pengulangan kalimat yang tidak tepat pada tempatnya. Lalu,... dimana letak konsep menulis sebenarnya?
Dan sebenarnya kita semua sudah diajarkan tentang konteks dan mencari konsep menulis selama 12 tahun masa pendidikan, bagaimana menggunakan judul, sub judul, dan menempatkan paragraf yang tepat sekalipun didalam media elektronik.
Akhirnya, banyak blogger salah tujuan dengan menafsirkan bahwa pluggin-plugin itu merupakan tolak ukur sebuah posting agar lebih cepat terindeks. Coba pahami, bahwa sebenarnya mesin pencari berlandaskan pada konteks dan konsep menulis yang benar. Jadi, Anda yang ingin mengejar traffik mesin pencari harus mengerti lebih dahulu tentang konsep menulis dan natinya tak akan bergantung pada plugin tersebut.
Kalian yang lebih sering berkunjung ke blog ini selalu menemukan posting dengan beberapa paragraf dan sub judul, mungkin juga ada yang beranggapan bahwa saya menggunakan plugin itu. Saya hanya membuat konteks dan konsep menulis post menjadi lebih baik, plugin-plugin itu terkadang lebih sering membuat kesalahan daripada fikiran manusia hingga saya mengindahkan apapun 'peringatan' yang disampaikan.
Dengan adanya sub judul, pemisahan paragraf yang jelas, maka pembaca bisa memilih untuk membaca keseluruhan atau hanya membaca bagian sub judul.
Menyisip Gambar, Bagian Dari Konsep Menulis
Wajar saja kalau kalian hobi menulis, hingga harus meninggalkan buku harian dan menggantinya dengan sebuah blog yang menjangkau secara universal. Sebuah blog personal terkadang bisa menjadi lebih menarik jikalau blogger lebih mengerti bagaimana mengolah kalimat yang panjang lebar. Termasuk diantaranya menyisipkan sebuah gambar.
Posisi gambar kebanyakan diletakkan di awal dan tengah sebuah posting. Banyak blogger yang salah menempatkan gambar dihalaman, kenapa demikian? Beberapa blog menyisip gambar sebagai pelengkap, bukan sebagai topik utama atau gambar yang berkaitan. Ada pula yang menyisipkan diawal post tetapi penjelasannya sedikit dan terletak diakhir posting. Seperti halnya blog-blog tips, marketing, ataupun berbau trik yang sering menyisipkan gambar hanya sebagai pelengkap (atau hanya ingin ikut terindeks).
Bagi sebagian pembaca, gambar tersebut diindahkan, tak memuat arti sebenarnya, malah ada yang menganggap bahwa gambar itu hanya mengganggu. Yang dibutuhkan hanya 'feature image' dan bukan menyisip. Sebaiknya, gambar disisipkan jika posting berkaitan, setidaknya lebih dari setengah isi posting menceritakan tentang keadaan gambar atau media yang disisipkan.
Ini salah satu alasan kenapa sebuah postingan dianggap menarik, tak lain karena gambar atau media lain sangat erat hubungannya dengan isi posting tersebut. Bagi saya, lebih baik mencabut gambar dan menggunakan 'feature' dari pada membuat posting menjadi lebih panjang. Toh, yang kalian cari dalam postingan ini hanya inti cerita, bagaimana memahami konteks dan konsep menulis menjadi bagian dari blogging, kalian tak butuh gambar kan?
Selama ini sih aku menulis lebih terkesan random, kadang2 konteks dan konsepnya jelas, kadang2 malah ngawur entah kemana. Kalau soal gambar, aku sangat membutuhkan gambar dalam postingan. Walau bukan gambar yang menggambarkan postingan secara langsung, minimal ada gambar dalam bentuk fiktif.
BalasHapuskalau ide lebih bagus random Din, cakupan lebih luas seperti blog ini yang menganggakat ide dari lingkungan, sosial, hingga blogging. Tapi mungkin maksudmu keluar dari konteks pembicaraan ya? lebih baik membuat judul baru.
BalasHapusSoal gambar fiktif juga bukan masalah, selama gambar tersebut juga berkaitan dengan isi post,... setidaknya benar-benar melambangkan. Jadi bukan sekedar pajangan yang membuat ramai isi post.
Saya sendiri malah kadang bingung dengan konsep tulisan saya :( , Lha, memang sedari awala modalnya memang hanya nekat saja. Prionsipnya yang penting nulis, nulis, dan nulis. Namun seiring berjalannya waktu semoga saja proses pembelajaran tetap bnerjalan.
BalasHapusMungkin salah satunya adalah cara menyisipkan gambar. Meskipun saya mempunyai target di mana gambar harus diletakkan (sebagai ciri khas), namun keterkaitan paragraf dan gambar tetap menjadi salah satu pertimbangan.
Dalam banyak tulisan, saya sering mengabaikan sub judul, kadang menganggapnya tidak penting, tapi dari sisi pembaca akan membantu.
BalasHapusTulisan tanpa paragraf? wah bisa nanar membacanya.
Dulu sering menyisipkan gambar, tapi kemudian hanya menyisipkan gambar yang berhubungan dengan postingan atau untuk mempertegas isi postingan.
wah... ngga keburu deh membuat rangka posting terlebih dulu. Biasanya malah membuat foto yang akan ditampilkan supaya bisa menjadi suatu cerita utuh...
BalasHapusNtah deh penilaian orang lain ya...
wahahaha....
BalasHapustempat saya urutannya nggak beraturan, kesalahan yang paling sering foto dan diskripsi foto letaknya berjauhan....
waduh.. gak pernah deh dikonsep.. kalau terllau dikonsep aku kebanyakan gak.jadi.sebuah tulisan.. hahaha.. sekarang aja masih banyak typo.. jadi pasti gak berhubungan dengan tata bahasa yg bener dan baik juga..
BalasHapustapi.. gak pernah donv kepikiran ngejar trafik pake cara gelap.. ya kalau sekarang naek turun malah makin semangat buat posting.. coz.. banyak posting adalah banyak pengunjung.. tapi postingan yg asyik tentunya :D
walaupun saya nggak ngerti tentang konsep menulis yang baik dan benar tapi kalau cuma memberi paragraf pada postingan saya tidak akan pernah pelit kok bang...hehe...dan kalau ada gambar yg sekiranya pas menurut saya pasti akan saya sisipkan ke postingan...
BalasHapusjujur saja, trik dan tip seperti ini tak pernah terpikirkan oleh saya, mas kaget. bisanya hanya nulis doang, mengalir mengikuti jejak jari2 di atas kibor, hehe ...
BalasHapuswah, tulisan ini telah mengingatkan kembali bagaimana menulis yang padu dan terjamin koherensinya...makasih Mas
BalasHapusSaya nambahin gambar kadang berhubungan, kadang juga tidak, Mas. Jika tidak berhubungan secara langsung dengan artikel, fungsinya agar pembaca tak lelah saja dengan tulisan yang panjang tanpa jeda. :)
BalasHapussaya sendiri jarang pake sub judul :), dan untuk penggunaan plugin sendiri malah hampir tidak ada plugin khusus SEO yang saya pakai, dan kalau untuk gambar saya sendiri saya persiapkan matang-matang ngga asal pasang gambar, sebagus-bagusnya tulisan saya rasa akan sangat sempurna jika dilengkapi ilustrasi :)
BalasHapussaya sepertinya baru mencatat deh,
BalasHapusbelum menulis, soalnya belum mempunyai konsep yang sebenarnya.
kalau plugin,, masih numpang di tempat gratisan, ikut aturan yang punya rumah aja :)
Konsep menulis ya ... hmmm. Kalo untuk sebuah posting blog sih saya tidak pernah buat sebuah konsep detail Saya hanya mencari topik apa yang saya ingin tulis, selanjutnya biarkan mengalir sesuai jari ini menekan tombol keyboard.
BalasHapusMenurut saya ini kembali ke blogger itu sendiri, konsep menulis jika memang dipertahankan dapat menjadi ciri khas blogger itu dalam menyampaikan tulisan2nya di dunia maya.
Dan bagi saya, pada saat tulisan itu naik levelnya maka konsep akan sangat diperlukan. Seperti saya ungkap di awal komentar, untuk sebuah posting saya tidak pernah membuat konsep detail. Tapi untuk proyek "buku" yang sedang saya kerjakan ... konsep akan sangat-sangat membantu. :)
Oh iya, blognya Mas Alam memang identik dengan gambar, saya rasa memang perlu mengingat berbagai jenis yang diceritakan terkadang tidak dikenal sama sekali. Tapi intinya, gambar2 itu masih menjadi prioritas dalam blog alamendah :)
BalasHapusGambar juga membuat berat loading, kalau memang dirasa perlu menyisipkan gambar akan sangat membantu. saya ingat ucapan 'komunitas', tanpa gambar=hoax. Tapi itukan untuk kasus2 tertentu, ya kan Pak? :)
BalasHapusKalau saya masih membuat rangka Mbak Mel, setidaknya 3 atau empat kalimat yang cuma butuh waktu 2 menit. Nah, kalau foto2 Mbak Mel yang saya suka soal 'traveling' nya,... serasa ada disana *ngimpi* :P
BalasHapusWalah,... blognya mas Suke sebenarnye cuma perlu banyak foto di sudut berbeda. Soal deskripsi sedikit saja sudah cukup jelas ko' :D
BalasHapusBanyak posting, banyak pengunjung? Posting saya banyak, tapi ya begini2 aja..... disini memang tak menarik ya :(
BalasHapusnah itu,... masa sih nulis aja mesti pelit,... belum lagi soal sedekah :P
BalasHapusOh iya,... kadang-kadang tulisan Pak Sawali sering kepanjangan. Dan dulu pernah saya membaca tanpa paragraph,.... waduh,... ngga sanggup Pak :)
BalasHapusIya bener,.... tapi, apa masih ingat soal penulisan yang diajarkan dulu? saya sendiri banyak yang lupa :D
BalasHapusKalau ngga nyambung, mending diberi gambar yang lucu Mbak,.... jadi serasa ngga bosen :mrgreen:
BalasHapusBetul itu,... gambar bukan hanya pajangan, tapi juga bercerita. Alangkah baiknya kalau memajang gambar yang benar-benar berhubungan langsung dengan isi posting :)
BalasHapusWah, Mbak.... setahu saya di hosting gratisan plugin-nya lumayan lho,... tinggal penggunanya yang optimasi melalui tulisan. Salah satunya dengan cara ini :)
BalasHapuswah, yang ini malah lebih luas ya, proyek buku. Tapi ya seperti itulah saya,... kadang2 kalau tak mengkonsep posting bisa keluar jalur. Sebenarnya cuma perlu membuat 3 kalimat rangka, bagi saya itu sangat membantu. Apalagi seperti yang Anda sampaikan "ciri khas"..... menjaga yang satu ini sangat sulit :D
BalasHapusTulisan yang bagus! Konsep menulis dalam arti bagaimana menuangkan tulisan adalah eksekusi akhir setelah konsep matang di benak.
BalasHapusKadang dalam beberapa kali tulisan aku mesti harus ganti konsep menulis kalau memang kurasa tak cukup kuat menyampaikan pesan.
Gambar? Pendukung! Perlu tapi tak wajib! :)
Saya bisa sampai sepuluh kali mengganti konsep. Memang tak penting, tapi kadang2 terfikir 'kenapa tak buat yang bagus sekalian?' :D
BalasHapuspemenggalan paragraf agar tidak terlalu panjang memang perlu, karena itu saya rasakan sendiri tatkala blogwalking dan membaca artikel sobat blogger lain. Jika paragrafnya terlalu panjang, mata langsung merasa lelah dan minat membaca pun berkurang. Sedangkan untuk gambar, umumnya memang saya fungsikan untuk featured mas, namun tetap saya upayakan mendekati topik utamanya. :-)
BalasHapus