Ads Top

Minat Membaca Online Tinggi Daripada Membeli Buku

Tak heran, remaja berseragam sekarang lebih memilih membaca online ketimbang membeli buku yang terkadang harganya diluar jangkauan uang saku mereka. Teknologi internet kini telah merubah gaya hidup manusia dalam pencari pengetahuan online yang terkadang kebenarannya diragukan.

Hey, hidup ini katanya seperti drama atau remaja sekarang lebih familiar dengan sebutan sinetron. Apa yang tak bisa kau raih, kawan? Bahkan sekarang mencari sanak saudara yang tak pulang puluhan tahun sangat mudah dengan satu sentuhan. Inilah dunia maya yang membuat gaya hidup manusia semakin berubah dan akan terus berubah, demikian pula dengan pola belajar remaja saat ini yang menggunakan media sebagai salah satu penunjang pendidikan.


Membaca Online Mudah, Beli Buku Mahal?


“....belum memiliki penghasilan dan tuntutan pendidikan terus mengharapkan buku berkualitas dengan harga yang mahal. Uang saku sebulan pun tak akan cukup menutupinya.”

jual buku, buku sekolah

Apa yang dapat mereka peroleh dengan uang saku kelas menengah, bisa diperoleh melalui dunia maya. Buku online setidaknya telah merampungkan remaja kita menjadi seorang yang bebas memilih dan membaca online tanpa harus membeli, walaupun sebenarnya tak sedikit jumlah yang di komersilkan. Bahkan banyak diantara mereka lebih memilih menghabiskan uang saku dengan membeli ‘jaringan internet’ yang sebenarnya bisa untuk membeli dua bacaan berkualitas.

Oh ya, tetanggaku malah tak membeli buku sama sekali, kalaupun ada mungkin itu pinjaman dari sekolah. Sedari dulu sebelum meledaknya internet, banyak pelajar kita kesulitan membeli bacaan yang kemudian menutupinya dengan perpustakaan. Sayangnya isi buku tersebut tak bisa di download dan dibuka kapanpun, jalan termurah dengan pembajakan ala ‘pelajar’ dan meng-copy bagian terpenting dari beberapa buku. Pada dasarnya ilmu itu memang mahal, dan nantinya isi kepala mereka juga akan dibayar mahal.


Membaca Online Atau Download Buku?


Dan kita tak akan sanggup menghitung berapa jumlah buku online yang sudah di download. Seperti itulah generasi muda kita yang sebagian besar mempercayai bahwa dampak internet menampilkan karya yang benar, padahal mungkin web membaca online tersebut sudah berganti isi dan maksud sebenarnya. Sumber situs tak dapat dipercaya sepenuhnya, apalagi isi web kebanyakan merujuk kehalaman web lain yang sedang berusaha keras membangun trafik.

Begitupun, sang pengajar malah lebih banyak ‘gaptek’ soal dunia maya. Setidaknya mereka harus mengimbangi dengan mengenal lebih jauh atau nantinya dipandang sebelah mata oleh pelajar. Apa yang bisa dijelaskan seorang pengajar ketika siswa memberikan sumber yang maknanya bergeser sedikit? Sumber buku yang mereka download tidaklah sepenuhnya memberikan informasi akurat, bahkan ada yang memberikan sejenis rangkuman yang nyatanya hanya karya seorang ‘penulis biasa mengejar dollar’.

Meskipun banyak jaminan informasi yang menawarkan keakuratan pengetahuan, tetapi kebanyakan dan sebahagian besar informasi yang tercantum dalam sebuah artikel atau wacana sering mencampur adukkan beberapa teori yang belum dipraktekkan. Semuanya hanya berupa wacana, dan kesalahan pelajar kita lebih memilih mengambilnya sebagai bahan pelajaran tanpa harus menguji.

Memang benar perkembangan pengetahuan tentang alam sangat pesat sejak adanya jaringan internet, berbagai media luar kini telah banyak memuat perkembangan berita sains, riset baru dan teori baru mulai bermunculan. Dan kita sendiri terkadang dibingungkan dengan berbagai pendapat yang masing-masing bersikeras dengan kebenarannya.

Dan satu hal yang harus kita ingat, bahwa tanpa Buku, apa jadinya generasi mendatang? Semakin pintar dengan membaca online atau Negara kita semakin terperosok kedalam lembah yang curam?

62 komentar:

  1. Kalo remaja yang lebih suka beli novel daripada buku pelajaran, itu gimana bang. Bukan cuma membeli, bahkan mereka lebih suka membaca novel daripada buku pelajaran. Sampe novel pun ikut masuk di dalam tas sekolah dan ikut ke sekolah dengan pulpen dan alat tulis lain. (ini pengalaman pribadi bang, aku gak suka baca novel) :D

    BalasHapus
  2. "..padahal mungkin buku online tersebut sudah berganti isi dan maksud sebenarnya. Sumber situs tak dapat dipercaya sepenuhnya, apalagi isi buku kebanyakan merujuk kehalaman web lain yang sedang berusaha keras membangun trafik."

    dan saya sudah melihat orang yang 'terpedaya' dengan buku2 hasil donlotan yang belum tentu isinya benar, sehingga benar2 seperti mencuci otaknya. mengerikan!

    BalasHapus
  3. meskipun internet sudah merambah kemana-mana, soal urusan baca2 & cari ilmu, saya lebih suka menenteng buku kemana-mana pak. sensinya dan nilainya masih saja enak baca2 lewat buku.. :D

    BalasHapus
  4. wah untung aku ngga pernah download buku. Ngga suka tuh, mending baca buku aslinya. Juga ngga suka kalau fotocopyan :D

    BalasHapus
  5. Itu sih Hobi, Din. Kan lebih bagus daripada nonton *** dikelas :P

    BalasHapus
  6. Iya Mbak, pelajar sekarang kalau tak diberi petunjuk yang benar akan sangat mudah terpengaruh, seperti membilas kain kotor :(

    BalasHapus
  7. Oh ya, jelas donk. kalau nenteng buku tebal kelihatan terpelajar dan kesannya pinter. Padahal cuma nenteng dan belum sempat terbaca :mrgreen:

    BalasHapus
  8. Jangan deh Mbak, penulisnya aja banyak yang ngga merilis versi online. :)

    BalasHapus
  9. alhamdulillah masih... ;)

    BalasHapus
  10. anak anak sekarang dari belum lahir sudah digital. mereka terlahir native digital, jadi ngga heran bila baca pun mereka enakan all digital, kalau saya ya setengah setengah, saya mengenal teknologi digital dan komputasi pada setengah usia, pada sekitar usia 15

    jadi ya saya masih perlu buku fisik berbahan kertas dan kayu pulp :)

    BalasHapus
  11. Seiring perubahan jaman, maka pola pembelajaran berubah juga ya mas? seolah-olah anak-anak sekarang mendewakan teknologi. :-)

    BalasHapus
  12. Saya justru ingin mengomentari kalimat "Begitupun, sang pengajar malah lebih banyak ‘gaptek’ soal dunia maya"
    Makanya sekarang sebaiknya para guru terlebih yang mengajar TIK harus meningkatkan pengetahuan namun tidak harus dengan membeli buku akan tetapi bisa juga dengan mencari berbagai sumber di Internet sehingga nanti para guru bisa lebih maju dari para murid

    BalasHapus
  13. Dulu jaman kuliah aku juga sering pake media online buat tugas mas.. tapi beberapa dosen gak memperbolehkan dan harus dapet bukunya dulu baru boleh mengutip.. padahal aku kuliah di IT tapi malah dosen2 gak ada yg mau dari internet.. hehehe

    BalasHapus
  14. Hai mas,, blognya bermasalah ya? tampilannya malah mobile, padahal saya pake mozilla loh! akibatnya tidak bisa komment, ini pun terpaksa pake link reply baru bisa.. ckckck.. plugin mobile itu menyesatkan!

    Btw, saya udah lama banget gk beli buku. Lebih asyik belajar secara online. Gak harus dari buku di internet, tapi dari artikel-artikel yg ada di internet jg banyak kok yg bermutu.. :D

    BalasHapus
  15. Lebih mantap buku dalam arti fisik mas, dibawa kemana aja juga praktis. Tapi saya lama gak beli buku karena selain harga mahal, bisa pinjam secara gratis di perpustakaan.

    BalasHapus
  16. saya suka kasihan dan ikut prihatin kepada para penulis buku dan penerbit hasil karyanya banyak dibajak

    BalasHapus
  17. Saya punya banyak buku dalam format digital PDF, dari yang membahas interior, fotografi, maupun desain. Tidak dibaca tapi cenderung dilihat gambarnya. Soal buku cetak, saya lebih sering beli tabloid.

    BalasHapus
  18. buku tetap harus di beli,dan dibaca!
    teknologi online juga tetap harus mereka kuasai,
    bukan hanya guru yang harus melek teknologi, emak2 juga harus.

    BalasHapus
  19. Semua itu berawal dari membaca yang ditanamkan dari kecil
    Kalau tidak suka membaca suru ngeblog,nanti lama2 juga suka membaca :D

    BalasHapus
  20. Semua serba digital, kertas sepertinya tak lagi dibutuhkan?

    BalasHapus
  21. Betul, dan digital sudah seperti bagian dari hidupnya :D

    BalasHapus
  22. Kebanyakan Guru sepertinya lebih senang membuka FB ketimbang mencari informasi. Alasannya cukup mendasar, pelajaran berdasarkan kurikulum dan buku yang lengkap :)

    BalasHapus
  23. Soalnya ngga ada yang bisa menjamin kebenaran buku online ataupun web, bahkan penulispun banyak yang tak merilis versi online :)

    BalasHapus
  24. Kalau saya masih sering beli buku, Mas. Tapi membacanya yang sesempatnya saja. Bahkan beberapa buku yang sudah saya beli saya geletakkan dengan kondisi sampul plastiknya masih utuh. :D

    BalasHapus
  25. yang namanya tekno tak selalu menjamin, begitupun soal theme :)

    BalasHapus
  26. bagus itu, sekarang perpustakaan sunyi, jadi bisa bebas memilih banyak buku tanpa takut didahului orang lain :P

    BalasHapus
  27. ini bukan memuji diri sendiri kan, Mbak? :D

    BalasHapus
  28. Aku ngga bisa baca buku digital kecuali mendownload lalu ngeprint dan baca dari hasil print out. Jadi, buku tetap laku, paling nggak untukku hehehe

    BalasHapus
  29. Saya cuma kuat 1 buku sebulan mas, maklum belum kerja

    BalasHapus
  30. e-book yang menjamur di dunia maya memang tak seratus persen menyuguhkan nilai kebenaran. kaum remaja tetap butuh pendampingan. sungguh sayang kalau keakraban mereka pada dunia IT malah membuat mereka mengalami "split personality". dalam situasi spt itu, mau atau tidak, guru juga harus selangkah lebih maju. jangan sampai kalah dg muridnya agar mampu memberikan pendampingan yang mencerahkan.

    BalasHapus
  31. kalau saya sih mas...baca buku aslinya..

    tapi bacanya juga diGramedia, itupun kadang sampe habis..hahha..
    dari pada jalan di mall-mall kagak jelas, kan lebih baik ke gramedia baca buku ampe habis,,duduk tenang, ruangannya dingin, ada musiknya lagi..apanya coba yg kurang mas:D

    BalasHapus
  32. saya masih membeli buku mas.. tp beberapa saja yg baik..

    BalasHapus
  33. Sampai kapanpun buku tetap dibutuhkan walau hutan kian tandus dan kering :P

    BalasHapus
  34. Bagus, daripada tidak sama sekali :)

    BalasHapus
  35. Oh tentu Mas, pengajar memang harus membimbing agar buku nyeleneh tidak sempat mencuci otak mereka yang mendownload dari sumber tak dikenal :)

    BalasHapus
  36. Cara ringkas dan tepat guna. Sayadulunya juga begitu, kalau tak di perpustakaan, minimal Gramedia :D

    BalasHapus
  37. Tentunya pilah pilih donk, lihat pengarangnya serta manfaatnya. Nyatanya buku tetap menjamin sumber akurat :)

    BalasHapus
  38. kalau saya beli buku 1 bulan sekali,soalnya duit juga kagak mendukung sedangkan masalah buku online kagak semua buku bisa kita dapatkan melalui dunia maya jadi so masih tetap wajib ke toko buku

    BalasHapus
  39. Makanya kita sebagai user harus pinter2nya mas :D
    Gak semua yang ada di internet kan bener, jadi harus di kroscek terlebih dahulu.
    Baiknya sih referensinya jangan hanya satu, jadi banyak buku gitu yang dijadiin literatur :D

    BalasHapus
  40. Iya tuh, terkadang ebook2 yang gratisan isinya bener2 gak beres.
    Kalau memang ada uang lebih, lebih baik beli buku aja. :)

    BalasHapus
  41. Hedeeehhh knp ya klo yg satu ini males bgt... Jgnkan utk membacanya jalan ke toko buku utk belinya aja males... Bukan mslh uangnya, tp gtw knp males bgtu melekat. Mgkn kpn2 hrus jln2 ke toko buku utk beli 1 atau bbrp buku.. :D

    BalasHapus
  42. Bener, dan ranting akan terus bercabang dengan adanya referensi dari internet :)

    BalasHapus
  43. biasanya awal mula beli Novel atau komik, pasti manjur :)

    BalasHapus
  44. Jadi mikir balik ke 3 tahun silam waktu semangatnya ngerjain tugas dari dosen matkul Kalkulus, seharian bergelut dg buku Kalkulus Edwin J Purcell, tapi sekarang semenjak addict to blogging sangat jarang buka buku...
    gimana yah kalau udah addict to blog ini? susah ngilanginya... :(

    BalasHapus
  45. Kalau semakin sering membaca ebook2 yang sepertinya agak melenceng pemikirannya yang bacapun nantinya akan bisa memilih sendiri mas,mana informasi yang benar dan tidak,dan yang cocok dan tidak

    BalasHapus
  46. Dan bagi saya blogging seperti keracunan obat terlarang :)

    BalasHapus
  47. Itu juga kalau berlandaskan pengetahuan yang cukup, melenceng bisa diprediksi dengan pengetahuan kita sebelumnya. Nah, kalau tak pernah baca buku, gimana bisa menganalisa?

    BalasHapus
  48. harus menyisikan duit untuk membeli buku,,

    BalasHapus
  49. masih gan . . .
    saya masih suka membaca buku . . .
    :)

    BalasHapus
  50. Saya masih suka buku analog. Dan saya nggak suka buku digital. :mad:

    BalasHapus
  51. Salaman dulu, Sop :mrgreen:

    BalasHapus
  52. Bagi saya, selama itu namanya buku, mau buku real atau ebook,tetap penting. Namun di jaman internet skrg, kita harus pinter2 menyaring buku yang kita baca. Baca buku yang info nya kurang sehat atau bisa menyesatkan.

    BalasHapus
  53. Buku dalam arti printed books hanyalah media, menurut saya. Apapun itu, printed books atau electronic book, yang harus menjadi perhatian kita adalah berapa halaman buku yang bisa kita baca setiap hari? Berapa lama waktu yang kita luangkan untuk memperkaya wawasan keilmuan kita dengan membaca setiap harinya?

    Karena membaca adalah kunci kemajuan, kunci kesuksesan kita dalam mendobrak segala ketidaktahuan kita.

    BalasHapus
  54. Jeli sebelum mengunduh, banyak yang terperosok kedalamnya :)

    BalasHapus
  55. Semua dasarnya membaca, walaupun akhirnya nanti hanya mampu menuliskan judulnya saja ;)

    BalasHapus
  56. Buku versi cetak mungkin lebih dipercaya karena melalui proses editing atau seleksi dari pihak penerbit. Jadi, ada proses sebelum bisa sampai ke publik. Nah, kalau di internet, semua bebas mempublish tanpa harus melalui proses tersebut. Namun belum tentu juga sih buku versi cetak lebih berkualitas isinya daripada buku versi digital. Yach, kembali lagi ke muatan isinya :)

    BalasHapus
  57. Alhamdulillah sampai hari ini masih beli buku walaupun tidak mesti pergi ke toko buku lagi, cukup di depan PC aja belinya dan bukunya langsung diantar ke rumah :)

    BalasHapus
  58. Sepertinya saya sudah lupa nih Mas kapan terakhir membeli buku, mungkin sewaktu saya masih duduk di bangku kuliah dulu. Itupun karena dipaksa dosen dgn membeli buku-buku paket yang akan digunakan selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Hehehe...

    BalasHapus
  59. Internet membuat segalanya menjadi lebih praktis

    BalasHapus
  60. Sepertinya sumber di internet telah mencukupi kebutuhan hidup ya :D

    BalasHapus
  61. Alhamdulillah... Setiap bulan saya selalu nyisihin duit buat beli buku. Minimal 3 buku lah setiap bulannya :-)

    BalasHapus
  62. buku teks pelajaran memang kurang menarik bagi pelajar. tapi kalau sesekali orangtua membawa anak untuk mencari buku-buku pendamping untuk pelajaran sekolah, pasti banyak menemukan buku2 latihan atau penunjang yang didesain secara kreatif dan menarik sehingga lebih mudah dipelajari.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.