Pentingnya Pembangunan Kanal Banjir Pinggir Kota
Setidaknya kota ini memiliki kanal banjir untuk menanggulangi bencana yang datangnya di musim hujan. Curah air hujan masih bisa teratasi dan debit air berlebihan tidak melintas kejalanan ibu kota.
Apakah kotamu memiliki kanal banjir untuk menanggulangi bencana banjir yang sekarang di waspadai karena hujan tak tentu datangnya dan sering tak berkesudahan? Tentunya, kota-kota kita tak hanya membutuhkan sungai yang kini menampung sampah dan limbah, kita sendiri memang tak sadar hingga harus membangun kanal banjir demi pengelolaan DAS dan air berlebihan.
Kanal Banjir Pinggir Kota
Jadi bagaimana? Masihkah sebagian besar warga kita sadar bahwa sampah memang sangat menyakitkan dan banjir merupakan musibah yang tak kenal waktu. Bukan hanya karena hujan, tapi secara tiba-tiba air di atas gunung turun seketika karena hutan tak lagi berseri.
Ada banyak kasus yang menyebabkan kota-kota kita mengalami bencana banjir, yang sudah umum di suatu tempat tak lain karena sampah. Dan bahkan sebuah pertambangan pasir dengan 'bodoh' nya meletakkan alat berat di tengah sungai. Sekejap saja hujan turun dan kayu menutupi lintasan air, banjir bandang tiba serta merta menenggelamkan alat berat dan hunian di sepanjang DAS.
Kota Yang Terlindungi Kanal Banjir
Dan justru beban yang ditanggung seorang petugas kanal banjir lebih berat dibandingkan menjaga sebuah Bank. Betapa tidak, di kota-kota besar negara kita hidup di sepanjang DAS masih masih menjadi nominasi bagi kalangan bawah. Sama halnya ketika sebuah developer memilih DAS di tengah kota sebagai tempat hunian nyaman yang dibangun mewah. Bangunan mewah, tapi resiko dimasa mendatang tak bisa dipandang sebalah mata.
Dan petugas hanya seorang manusia yang bisa lalai, apa jadinya ketika banjir bandang tidak melewati kanal banjir? Seketika seorang petugas 'baru saja membunuh puluhan orang di sekitas DAS'. Jadi, alasan membangun hunian di sepanjang DAS bukan sebuah jaminan dibalik bangunan kanal banjir, kita tak akan pernah tahu kapan bencana banjir itu datang.
Begitupun waduk-waduk yang dahulunya sempat dibangun pinggiran kota akhirnya akan mencapai titik maksimal dimana hulu sudah tak sanggup menahan derasnya air hujan. Dan memang sudah terlihat ketika pemukiman maupun hutan mulai berubah menjadi perkebunan, disetiap daerah mempunyai masalah tersendiri bagaimana membuang air berlebih di musim penghujan.
Hampir disetiap sudut kota tidak ada lagi tanah serapan, perumahan dan jalan menutupi tanah dengan aspal dan batako, sementara jumlah taman sedikit, selokan berukuran kecil, alhasil banyak area pertanian atau sawah menjadi korban penampungan air pinggir kota. Lebih buruk lagi selokan besar saat ini kedalamannya semakin dangkal, sepertinya tak pernah dibersihkan atau mengangkat lumpur yang mengendap didasarnya.
Kapan kita mulai berfikir tentang masa depan kota, dan kebanyakan kita hanya berfikir masa depan hunian layak yang nantinya bebas dari banjir, tapi masing-masing kita tak pernah sadar berada dilingkungan yang mana? Masing-masing bertindak dengan ego menutup halaman dengan batako, cukuplah jalan yang diaspal karena halaman yang tanpa tertutupi batako bisa membantu penyerapan air kedalam tanah lebih cepat.
Harusnya pemerintah sudah mulai menerapkan peraturan pelarangan penutupan tanah baik dengan batako disetiap rumah dan usaha, tidak terkecuali perkantoran, sehingga tempat parkir nantinya bisa disesuaikan tanpa harus menutup semuanya. Ini demi kelangsungan masa depan kota, karena sebesar apapun kanal banjir dan penambahan kanal baru tidak akan menjamin kota selamat dari musibah kebanjiran. Bahkan diluar prediksi, pertumbuhan pemukiman baru jauh lebih cepat daripada perluasan kanal banjir dan penanggulangan debit air yang menuju kota.
pemerintah udah mengupayakan membangun kanal untuk mengatasi banjir, sekarang tinggal kesadaran kita untuk tidak membuang sampah di kanal dan tempat aliran air lainnya.
BalasHapusKarena banjir itu juga bukan bikinan manusia namun bisa diprediksi. Masalahnya sekarang, masihkah bentaran sungai itu jadi hunian yang layak :?: Sudah sering saya lihat berita penertiban di bentaran sungai, namun bagimana lagi masalah ekonomi yang menyebabkan semua ini terjadi dan terjadi lagi.
BalasHapusSalam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
Hm... kanal ya? selain dibangun, setidaknya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan juga perlu ya untuk mencegah bencana banjir.
BalasHapusdi jogja sekarang baru banyak proyek pembuatan gorong-gorong dan saluran air hujan mas..
BalasHapussemoga tidak terjadi banjir lah...
BalasHapussepertinya dijakarta banjir akan tetap selalu datang,
BalasHapussebab tata letak kota yg kian parah...
Sepertinya kesadaran membuang sampah pada tempatnya, bukan di Sungai juga harus ada pada setiap masyarakat ya
BalasHapuskadang kanal menjadi tidak berfungsi ketika manusianya masih membuang sampah sembarangan, kanal tidak lagi menjadi saluran air melainkan menjadi tempat pembuangan sampah..
BalasHapushari ini kanal sudah tidak seperti kanal jaman dahulu mas...
BalasHapuskanal sekarang lebih kepada tempat pembuangan sampah, limbah, dan bermacam-macam lainnya..
Kalau dikatakan banjir, memang akibat sampah yang menyumbat di tepian atau ujung kanal, maka saluran air tidak bisa berjalan dengan baik dan yah timbullah si banjir ini..
Di semarang juga baru dibuat kanal. tapi belom jadi juga... moga bisa membwa perubahan. kasian yang kebanjiran terus...
BalasHapusSejak kecil aku tak percaya kenapa reboisasi perlu. Dulu guru selalu bilang karena kalau gunung dan bukit gundul, tak ada yang bisa menahan air... Dan jaman-jaman ini, satu yang bisa kusyukuri di antara sekian hal yang harus kita sesali terkait dengan banjir yang selalu mengancam adalah... omongan para guru itu benar-benar betul! :)
BalasHapuskotaku banjir kanalnya besaaar sekali, kemaren lama nggak terurus, kini sedang dikeruk dan diperbaiki dengan dana triliunan... manteb gan... :)
BalasHapusbagi pemerintah, saya pikir itu masalah kebijakan dan serangkaian regulasi bisa dibuat, tapi bagi kita dan masyarakat kebanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk memilimalisasi kerugian karena banjir :)
BalasHapusLingkungan ini rusak oleh ulah manusia yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Kepentingan pribadi mengabaikan kepentingan umum sehingga alam menunjukkan protesnya dengan cara demikian.
BalasHapusProblem banjir di kota selain karena sampah juga minimnya resapan tanah akibat semua tanah di kota sudah tidak ada, karena tertutup oleh pengerasan jalan.
BalasHapusDan itu tergantung dari orangnya Din, kita terbiasa istilah 'ringkas' :)
BalasHapusJumlah pemukim di bantaran sungai bukan berkurang, tapi semenjak adanya kanal malah semakin membuat yakin bahwa banjir bisa ditanggulangi. Apalagi sekarang mencari sesuap nasi sangat sulit. Justru kanal bukan sebuah garansi, walaupun developer membuat tembok besar disepanjang perumahan mereka.
BalasHapusSebesar apapun kanal dibuat, tapi kita juga tak sadar sampah dan nantinya tempat itu seperti TPS :(
BalasHapusWah, bagus itu. Tujuannya bukan untuk memperbesar tampat pembuangan sampah kan? :D
BalasHapusJakarta itu sudah sangat sulit, terlalu besar dan terlambat mengantisipasi. Membutuhkan waktu sangat lama untuk menetralkan kembali :(
BalasHapusIya Rus, kalau sungai penuh sampah.... Rusa minum dimana donk??? :P
BalasHapusTerus terang, pemerintah sepertinya kurang bersosialisasi tentang manfaat kanal yang nantinya juga berujung menjadi TPS
BalasHapusYa itu tadi, kanal hanya persinggahan sampah. Padahal kalau saja pemerintah giat men-sosialisasikan masalah sampah, saya yakin timbunan itu akan berkurang :)
BalasHapusNah, kalau masih menunggu mending di musim hujan ini siapin pelampung deh :P
BalasHapusSeperti saya waktu kecil yang dulunya diminta menanam lahan gundul, di pemikiran saya "dimana hutan gundul ya?"
BalasHapusSekarang,..... ngga terhitung jumlahnya, Om :mrgreen:
Kebiasaan pemerintah,... menunggu aliran dana yang tadinya bisa ditertibkan, sekarang malah butuh biaya triliunan. Harusnya bisa dialokasikan ke tempat lain :(
BalasHapusBagi kita ngga ada, hanya persiapan rumah berlantai 2 atau lebih. Toh pemerintah terbiasa dengan membangun dan membiarkannya tanpa merawat :D
BalasHapusYang pada dasarnya kebanyakan kita tak peduli lagi dengan sekitar, dan pemerintahpun 'malas' mengurus selokan dan kanal yang ada. Padahal kalau saja semua itu terawat dan teratur, bencana banjir bisa dikurangi :)
BalasHapusBener Mas, setelah pengerasan,... parit dan gorong-gorong pun semakin kecil, belum lagi sampah yang ikut bersamaan dengan air :(
BalasHapussemoga tidak banjir,,
BalasHapusIntinya tetap jaga hutan dan jangan buang sampah sembarangan kan yak.. aku suka.gemes klo lihat org buang sampah diselokan apalagi disungai >_<
BalasHapusyang jelas selama 18 tahun di tempat ku ga pernah banjir hehehe
BalasHapusDitempat saya kesadaran membuang sampah pada tempatnya masih minim, jadi pas musim hujan gini pasti banjir.
BalasHapusBerkunjung pagi2 hanya untuk memberi senyuman persahabatan :)
BalasHapusDitunggu kunjungan dan komentar baliknya :)
Syukurnya di tempat saya aman2 aja mas.
BalasHapusKalo hujan lebat masih bisa tertangani, bebas banjir :D
Intinya sih selokan jangan dibanyakin sampah dan sedimentasi :)
Menarik sekali.
BalasHapusPembuatan kanal banjir cuma salah satu solusi dalam menanggulangi banjir jangka pendek yang berbentuk drainase skala besar. Dan hingga sekarang sepertinya metode instan seperti ini masih jadi prioritas, seperti yang pernah saya ikuti di proyek Banjir Kota Semarang. BKT di Jakarta juga lumayan bagus, meski harus pusing dengan level tanah yang cenderung flat (rata).
Yang penting, pengendalian banjir itu justru harus dimulai dari hulu DAS. Jika daerah hulu tangkapan airnya bagus, terjadinya banjir bisa diminimalisir hingga ke titik nol. Kemudian baru menata drainase di daerah hilir, agar limpasan air hujan terserap merata dan kelebihannya bisa mengalir dengan mulus ke laut.
Tapi kalau udah nyangkut masalah buang sampah, nyerah deh... susah! :D
Wuih, seandainya semua sungai di kota-kota di Indonesia berkanal seperti pada foto di atas... :(
BalasHapusKalau gemes, mending dicubit pipinya dan bilangin jangan buang sampah disitu :P
BalasHapusOh, tinggal di bukit ya Mbak' ? :P
BalasHapusDuh,... susah ya kalau masalah sampah. Dimana mana hampir sama :(
BalasHapusSepertinya selokan sekarang semakin sempit, bukan karena lumpur yang terikut arus,.... tapi juga sampah. Susah ya,... Tak membuang sampah ke selokan, tapi saat hujan lebat sampah jalanan dengan sendirinya ikut kedalam selokan.
BalasHapusSebagus apapun kanal dibuat, ternyata sampah memang inti permasalahannya. Kita ini sanggup, bahkan membuat solusi jangka panjang pun masih bisa ditangani. Tapi ya itu tadi, masalah publik yang ngga pernah selesai dan tak sadar diri akan sampah :(
BalasHapusKalau sekarang pemerintah mikir2 Sop, dananya gede. jadi kalau pemasukan daerah sedikit tentunya Pemko mengesampingkannya dahulu :)
BalasHapusKalau kanalnya kayak gambar itu...bagus banget Mas...Aku jamin gak ada Banjir
BalasHapusya kanal aku kenal kanal, tempat pembuangan sampah dan kotoran.
BalasHapussampe kapan mereka akan membuang sampah ke kanal, klo bukan kita yg memulain dan ajak orang2 sekitar kita untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Saya masih tetap tidak habis pikir, mengapa pemerintah kita sekarang ini masih belum mampu mengatasi problem banjir? Kenapa pemerintah kolonial Belanda kok malah bisa membuat bendungan dan gorong2 yang mampu mengatasi banjir? Bahkan fasilitas yg dibuat oleh mereka sampai kini masih bisa bertahan....
BalasHapusMeskipun membangun kanal tapi kalo masyarakatnya masih suka buang sampah sembarangan apa lagi kalo kanalnya justru buat TPA sama aja kurang bermanfaat kanalnya....,
BalasHapusYang terpenting masyarakat harus sadar akan kebersihan lingkungan itu penting....,
Di negeri ini, sudut mana yang tak aneh? :D
BalasHapusklo udah bikin kanal,tpy klo masyarakatnya tetep buang sampah sembarangan seeh percuma aja
BalasHapusmampir balik yakk