Ads Top

Pemerintah Tak Serius,.. Puskesmas Buka Dokter Tak Ada?

Jika sehat itu digratiskan maka seluruh lapisan masyarakat pun senang, tapi sayangnya gratis di puskesmas itu tidak keseluruhan dan terkadang membohongi publik. Dan sehat ternyata sangat mahal, tapi bukan berarti gratis itu tak bagus sama sekali karena memang bangsa kita masih banyak yang membutuhkannya.

Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sendiri malu melihat saudara-saudara kita yang bertugas di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Terkadang sikap dan layanan yang mereka berikan benar-benar gratis tanpa ada hambatan sekalipun, termasuk emosi dan cara penyampaian kepada penderita mungkin kurang tepat. Mungkin petugas kesehatan itu perlu training ulang, pasalnya yang mereka hadapi bukan kaum berduit yang sudah pasti lebih mengerti tentang pendidikan kesehatan. Hampir keseluruhan masyarakat yang berobat ke Puskesmas adalah orang awam yang butuh penjelasan lebih detail tentang kesehatan.

puskesmas

Tidak semata-mata karena mereka petugas pemerintah dan menganggap semua orang mampu melakukannya, untuk makan sehari-hari pun terkadang sulit apalagi harus menutupi empat sehat lima sempurna. Kebanyakan mereka tidak mengerti dan berusia tua, sehingga perlu kesabaran dalam menjelaskan jalan menuju sehat. Begitupun pemeriksaan kesehatan di Puskesmas sebaiknya ditingkatkan, bukan berarti semua sakit kepala adalah sama, atau jangan menjadikan orang-orang kelas bawah sebagai bagian dari praktek mereka.

Yang paling kecewa ketika mendengar tetangga saya yang berobat ke Puskesmas diatas jam 1 siang, ternyata petugas yang melayani hanya seorang suster, sementara dokter yang bertugas sudah tidak ada. Bagaimana sebenarnya sikap pemerintah? Apakah mereka para dokter menjadikan pekerjaan di Puskesmas sebagai sampingan? Kenapa tak ada yang memeriksa kehadiran mereka saban hari dari pagi hingga petang? Apakah pemerintah hanya membayar mereka setengah hari? Padahal kebutuhan akan dokter jaga seharusnya 24 jam dan siap sedia diwilayah tersebut.

Walaupun pada dasarnya saat ini permasalahan kesehatan sudah sedikit teratasi, tapi ternyata tidak membawa perubahan besar di masyarakat. Kebanyakan pasien sering berobat ke Puskesmas hingga 2-3 kali kunjungan. Apakah pemerintah memberikan obat murah yang dikonsumsi dalam waktu lama, atau petugas kesehatan salah diagnosis?

Pasien Berkunjung Lebih Dari Dua Kali


Menurut saya masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas hingga 2 kali atau lebih sangat tidak efektif, karena obat yang dikeluarkan jauh lebih banyak (boros) dan kinerja petugas puskesmas terkesan main-main dalam melayani masyarakat. Bagaimana mungkin seorang yang menderita panas dalam harus datang 2 kali ke puskesmas karena tak kunjung sembuh. Ini bukan permasalahan obat gratis, tapi mengkonsumsi obat dalam jumlah besar juga berakibat buruk pada fungsi hati. Apa yang sebenarnya dituntut masyarakat adalah;
  • Profesionalisme, bukan dokter-dokter yang menganggap Puskesmas sebagai pekerjaan sampingan. Ini sama saja menganggap bahwa membantu masyarakat hanya pekerjaan sia-sia tanpa pemasukan tambahan. 
  • Kemudian masalah resep obat, petugas yang bukan dokter (suster) sebaiknya tidak memberikan resep karena hal ini pula yang menyebabkan pasien harus datang dua kali untuk bertemu dokter. Terutama bagi pasien yang mengalami masalah air bersih, ini paling banyak terjadi diwilayah kota. Bagaimana jika tak pernah ketemu dengan dokter puskesmas, tujuh kali datang maka tujuh kali pula diberi obat.

Sekali lagi, kalau memang pemerintah tak serius menanggapi kesehatan masyarakat melalui Puskesmas, sebaiknya dana kesehatan ditarik saja. Toh... dana-dana ini justru menjadi celah bagi pejabat yang haus uang rakyat.


1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.